Setelah melalui 2 (dua) tahap proses seleksi yakni administrasi dan wawancara, akhirnya 25 orang guru SD dari 11 Provinsi terpilih mendapatkan beasiswa Microcredential "STEM Rich Task". Beasiswa berupa pelatihan ini berlangsung selama 4 (empat) hari sesi sinkronus dilanjutkan dengan sesi asinkronus, yang diikuti peserta melalui moda daring dan didampingi dosen-dosen terbaik dari University of Canberra, Australia. Program ini dilaksanakan sejalan dengan komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui transformasi pendidikan. Untuk itu, Kemendikbudristek bekerja sama dengan LPDP, menyelenggarakan Program Beasiswa Microcredential ”STEM Rich Task”.
Microcredential ”STEM Rich Task” dirancang merujuk pada 5 (lima) karakteristik program pengembangan guru yang efektif, yakni (1) berkesinambungan; (2) menciptakan kesempatan dalam berkolaborasi atau membangun komunitas belajar yang produktif; (3) peningkatan kualitas pembelajaran peserta didik; (4) pengembangan praktik pengajaran yang mempertimbangkan pedagogi yang sesuai dengan budaya dan konteks Indonesia; dan (5) peningkatan pengetahuan konten dan pedagogi guru. Program ini berfokus pada Rich Task dalam STEM, karena STEM sangat penting untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan dalam berbagai bidang pekerjaan yang semakin luas yang juga mendorong pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi. Pembelajaran IPAS dengan pendekatan "STEM Rich Task" diharapkan dapat menghasilkan aktivitas belajar yang mampu memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari konsep, ide, dan strategi, serta dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis. Unsur-unsur STEM dapat digunakan secara terintegrasi dalam pengembangan produk, proses, dan sistem, terutama dalam mengarahkan peserta didik dalam mencari solusi dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan ini dibuka oleh Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Nunuk Suryani. Dalam sambutannya beliau menyampaikan ucapan selamat kepada 25 guru terpilih yang berhasil mendapatkan beasiswa ini. "Dari jumlah 3 juta guru SD di Indonesia, ini merupakan kesempatan emas bagi guru untuk mengasah kompetensi dan belajar praktik baik dengan guru lainnya. Program microcredential (beasiswa non-gelar) merupakan bagian dari terobosan paket kebijakan merdeka belajar sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi guru, harapannya hasil belajar murid juga dapat meningkat.
Dalam menciptakan ekosistem belajar yang berpihak kepada murid, program ini dapat menjadi refleksi dari bagaimana merdeka belajar menciptakan dan memperkaya ekosistem belajar yang berpihak pada murid. Dengan semua ilmu yang didapatkan oleh guru dapat menuntun murid-murid menjadi manusia yang merdeka dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri".
Program ini adalah wujud dari visi ke-3 Ditjen GTK, yaitu bahwa semua paket kebijakan merdeka belajar yang menyentuh guru dan tenaga kependidikan adalah memastikan kesempatan yang adil bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran melalui ekosistem belajar yang saling berdaya dan menguatkan. Harapannya seluruh peserta dapat menggunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya, lalu terapkan di sekolah masing-masing, sehingga ke depan guru dapat mengembangkan pembelajaran IPAS yang menyenangkan dan bermakna. Jangan berhenti di sini, terus berbagi dengan rekan guru lainnya.