Ellit Pipop Setiawan, SPd dan Sandra Novita Sari, SPd
Pernahkah Anda membayangkan, menempuh perjalanan lebih dari 300 kilometer dengan waktu tempuh 19 jam? Itulah yang dialami Ellit Pipop Setiawan, 37 tahun guru SD Negeri Lapeng, Kabupaten Aceh Besar yang sudah 10 tahun menghadapi perjalanan darat dan laut demi berjumpa dengan sang istri Sandra Novita Sari, 35 tahun, guru SMP Negeri Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur dan ketiga anaknya.
Lapeng adalah gampong (setingkat desa) di Kecamatan Pulo Aceh, Aceh Besar, nun di pulau Breueh, terpisah dengan ujung utara Pulau Sumatra. Sementara sang istri dan anak-anak tinggal di Dusun Bedari, Desa Rantau Panjang, Kecamatan Simpang Jernih, yang ada di pelosok, di hulu Sungai Tamiang. Sudah pasti ditempuh dengan berpindah-pindah moda transportasi laut, sungai, dan darat.
“Dari Lapeng naik sepeda motor sekitar satu jam ke Pelabuhan Lampuyang. Kemudian menyeberang Teluk Lampuyang menuju Pelabuhan Lampulo Banda Aceh, kurang lebih 2 jam. Dari Kota Banda Aceh dilanjutkan perjalanan darat menuju Kuala Simpang, kota kecamatan di Kabupaten Aceh Taming sekitar 10 jam. Selanjutnya perjalanan menuju finish: menyusuri sungai Tamiang sekitar 6 jam. Jika kondisi sungai tidak normal, perjalanan bisa 10 jam sampai rumah,” kata Ellit mengisahkan perjuangannya. Perjalanan sungai menjadi berat karena dari Kuala Simpang menuju Simpang Jernih harus melawan arus sungai.
Google map pun sampai “harus meminta maaf” karena belum ada data jarak dari Kuala Simpang ke Simpang Jernih melalui jalur sungai. Dengan perkirakan perjalanan darat, Kuala Simpang ke kecamatan Simpang Jernih sekitar 50km, plus sekitar 15 km lagi menuju dusun Bedari tempat tinggal Ellit-Sandra.
Luar biasanya, mereka sama-sama menjadi yang terbaik di Aceh pada seleksi Jambore GTK Hebat. Ellit dan Sandra, yang sama-sama alumni Guru Garis Depan Angkatan 2015 ini sangat bersyukur bisa terpilih mewakili Provinsi Aceh dapat bertemu dengan guru-guru hebat dari seluruh Provinsi. “Sayangnya kami tidak boleh satu kamar. Berbeda dengan seleksi di Provinsi Aceh yang mengizinkan kami bisa satu kamar,” katanya sembari tersenyum.
Meski Ellit dan Sandra sama-sama tak mendapatkan penghargaan Guru Favorit Jambore GTK Guru Dikdas, mereka tak berkecil hati. Menjadi yang terbaik di Provinsi Aceh saja mereka sudah sangat-sangat senang. “Kami mendapat banyak pengalaman dan wawasan. Terutama saat kegiatan Mini Project,” kata Ellit. ***
Tim Publikasi Direktorat Guru Pendidikan Dasar