Yandri A, SH., M.Hum. (Widyaprada Utama-Direktorat Guru Pendidikan Dasar)
Sejalan dengan reformasi sistem pendidikan di Indonesia, perlu dibicarakan tentang berbagai isu yang terkait dengan proses dan dinamika di ranah pendidikan itu sendiri. Salah satu tindak lanjut dari reformasi Pendidikan tersebut adalah melalui sebuah inovasi di bidang pendidikan yang dinamakan dengan Merdeka Belajar.
Kebijakan Merdeka Belajar adalah memberikan kemerdekaan kepada setiap satuan pendidikan untuk melakukan inovasi. Pada hakekatnya, Merdeka Belajar hadir untuk menggali potensi yang ada pada guru, sekolah dan peserta didik untuk berinovasi dalam meningkatkan kualitas secara mandiri. Mandiri bukan hanya mengikuti proses birokrasi pendidikan yang sudah ada, tetapi yang sangat diperlukan adalah kegiatan untuk berinovasi. Guru dan peserta didik diberi kebebasan untuk mengakses ilmu pengetahuan, serta metode pembelajaran yang berdiferensiasi.
Merdeka Belajar memiliki 4 (empat) pokok gagasan sebagai upaya untuk menciptakan sistem & budaya pembelajaran serta pengajaran yang lebih efektif, pro-aktif, kreatif, inovatif, mandiri, konktekstual dan emansipatoris, serta senafas dan sebangun dengan perubahan global di dunia pendidikan saat ini. Sehingga untuk mencapai orientasi tersebut, Kemendikbudristek merasa perlu untuk memangkas hal-hal yang bersifat prosedural dan administratif yang dinilai menghambat efektivitas dan esensi pembelajaran.
Merdeka Belajar merupakan filosofi yang menjadi proses, sekaligus tujuan jangka panjang pendidikan di Indonesia. Prinsip Merdeka Belajar sejalan dengan gagasan bapak pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara kemerdekaan adalah tujuan dan sekaligus paradigma pendidikan Indonesia yang perlu dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan. “Peserta didik tumbuh secara kodratnya sendiri “. Sedangkan guru hanya menuntun dan merawat kodrat itu.
Gagasan ini memang sangat krusial dalam rangka melakukan transformasi pembelajaran menuju output dan outcome pendidikan Indonesia yang lebih baik dan maju. Gagasan serupa pernah masuk pada konsep dan metode pembelajaran seperti Student Centered Learning (SCL), Contextual Teaching and Learning (CTL), Independent Learning, Emancipatory Learning, Innovative Teaching, dan lain-lain. Sementara, gagasan tentang pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered) mengikuti prakarsa John Dewey sejak satu abad yang lalu.
Konsep dan metode turut diadaptasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Kurikulum ini memberikan kemerdekaan kepada sekolah dan guru untuk mengembangkan kurikulum sendiri sesuai potensi daerahnya masing-masing. Selain itu, di jenjang pendidikan dasar sejak tahun 2000an kita juga sudah menerapkan gagasan tentang Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM). Pada Kurikulum 2013, relatif lebih mapan dalam mengadaptasi pendekatan pembelajaran yang “membebaskan” siswa. Hanya saja, memang problem terbesarnya terletak pada proses dan evaluasi dari implementasi kurikulum-kurikulum tersebut (Maftuh, 2019).
Dalam rangka memperkuat inovasi Merdeka Belajar ini, pada tanggal 11 Februari 2022 Kemendikbudristek meluncurkan inovasi kurikulum yang diberi nama Kurikulum Merdeka. Ada tiga keunggulan yang dijanjikan dalam kurikulum merdeka ini, yaitu;
Kemerdekaan harus dipahami memiliki makna yang lebih luas dari pada hanya diartikan sebagi kebebasan. Kemerdekaan juga dapat diartikan sebagai adanya kemampuan untuk hidup melalui kekuatan sendiri menuju arah yang lebih baik berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang ada. Artinya Merdeka Belajar tidaklah semata-mata diartikan sebagai kebebasan, tetapi dapat diartikan juga sebagai kemampuan seseorang, keberdayaannya agar mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik. Berbicara tentang pembelajaran yang “Merdeka”, seyogyanya kita juga tidak boleh melupakan model pembelajaran yang selama ini dijadikan sebagai pedoman para guru. Hanya saja, setiap guru harus mulai berani untuk melakukan inovasi serta perubahan dalam kultur pembelajaran. Dalam hal ini ada beberapa komponen penting yang harus diperhatikan, antara lain:
Menurut Najelaa Shihab, ada 3 dimensi dalam “Merdeka Belajar”, yakni komitmen, mandiri, dan refleksi. Menurut Shihab (2017), komitmen guru dan peserta didik yang merdeka dalam belajar adalah ketekunannya dalam perjalanan menuju tujuan yang bermakna bagi diri sendiri. Komitmen terhadap tujuan dari pembelajaran ini seharusnya tidak sekadar untuk mencari nilai, melainkan yang lebih penting adalah untuk penguasaan (mastery). Sehingga kemampuan dan keterampilan yang diperoleh dari hasil pembelajaran benar-benar bersifat nyata, bukan sekadar di atas kertas. Proses pembelajaran tersebut harus dilakukan dengan semangat kemandirian. Di akhir pembelajaran, setiap guru dan murid juga harus melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang dilalui untuk dapat di evaluasi.
Gagasan Merdeka Belajar sejatinya merupakan pembelajaran yang memberikan ruang kebabasan terhadap independensi dalam belajar, bersifat kontekstual dan dijalankan secara inovatif.
Pembelajaran yang “Merdeka” juga diharapkan harus bersifat kontekstual. Dalam literatur pembelajaran dikenal konsep yang disebut dengan pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL). CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka sendiri.
Dalam perkembangannya, CTL memberi titik tekan pada cara berpikir tingkat tinggi (high order thinking – HOT), transfer pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisisan, pensintesisan informasi dan data dari berbagai sumber dan perspektif. Menurut Blanchard (2001), strategi CTL dapat membantu memenuhi kebutuhan masing-masing siswa yang berbeda, meliputi:
Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yakni;
Pembelajaran yang “Merdeka” juga harus dilakukan secara inovatif. Dalam hal ini, setiap guru perlu memiliki keterampilan untuk memberikan pengajaran yang inovatif. Beberapa metode yang dapat dilakukan oleh guru dalam memberikan innovative teaching antara lain (Kalyani & Rajasekaran, 2018):
Merdeka Belajar dapat juga menjadi indikator inovasi pembelajaran di era perkembangan teknologi saat ini melalui pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan teknologi dapat melibatkan siswa dengan berbagai jenis rangsangan pembelajaran berbasis aktivitas. Pemanfaatan Teknologi dapat menambah daya tarik penyajian materi, sehingga memacu para siswa dan guru untuk lebih banyak melek media. Menurut (Subramani & Iyappan, 2018) ada beberapa jenis teknologi yang dapat digunakan dalam pembelajaran dan pengajaran inovatif antara lain:
Dari penjelasan di atas dapat menarik kesimpulan bahwa kehadiran Merdeka Belajar akan menumbuh kembangkan kembali kebebasan guru dan peserta didik yang selama ini terkesan hilang dan terbelenggu oleh kurikulum dan kebijakan yang sentralistik. Merdeka Belajar juga akan memberikan peluang bagi guru dan peserta didik untuk menggali segala potensi sumber daya manusia (SDM), potensi budaya dan potensi lingkungan yang ada di sekitarnya sehingga menjadi kekuatan pendidikan yang bermuatan lokal.
Harapannya, Merdeka Belajar akan memberikan ruang kepada peserta didik untuk menentukan sikap terhadap pilihan sendiri sedangkan guru dapat memberikan pembelajaran berdiferensiasi sekaligus memberikan stimulus yang dapat menggerakan siswa untuk mengembangkan sikap yang telah dipilihnya.
Rujukan
Blanchard, A. 2001. Contextual Teaching and Learning. Educational Services
Fisk, P. 2017. Education 4.0… the future of learn-ing will be dramatically different, in school and throughout life. Diambil dari https://www.thegeniusworks.com/2017/01/future-education-young-everyone-taught-together/
Iriantara, Y. & Syaripudin, U. 2018. Komunikasi Pendidikan. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Kalyani, D. & Rajasekaran, K. 2018. Innovative Teaching and Learning. Journal of Applied and Advanced Research, 2018: 3 (Suppl. 1) S23−S25
Lankard, B. A. 1995. New Ways of Learning in the Workplace. ERIC Information Analysis Products. Digest No. 161 (ED385778).
Maftuh, Bunyamin. Inovasi Berkelanjutan. Pikiran Rakyat, 27 November 2019.
Meyer, et.al 2008. What is independent learning and what are the benefits for students? London: Department for Children, Schoolsand Families Research Report 051
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Subramani, P.C. Naga & Iyappan, V. 2018. Innovative Methods of Teaching and Learning. Journal of Applied and Advanced Research, 2018: 3 (Suppl. 1) S20−S22
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta: Kencana
Wahyuni, Dinar. 2018. Peningkatan Kompetensi Guru Menuju Era Revolusi Industri 4.0. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, Vol. X, No. 24/II/Puslit/Desember/2018