Membangun Spirit Kolaborasi dan Sinergi
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memaknai “jambore” adalah pertemuan besar para pramuka. Tak salah, memang, karena lema jambore sudah melekat pada kegiatan jambore kepanduan yang diinisiasi Robert Baden-Powell. Jambore Kepanduan Dunia pertama kali diselenggarakan pada tahun 1920 di Olympia London, Inggris. Indonesia pun sudah membumikan kegiatan kepanduan melalui Jambore Pramuka.
Jambore kali ini melintas ke dunia pendidikan, khususnya guru dan tenaga kependidikan. Lahirlah gelaran besar Jambore Guru dan Tenaga Kependidikan Hebat, sebagai rangkaian Puncak Peringatan Hari Guru Nasional 2024. Seluruh satuan kerja di bawah Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), termasuk Direktorat Guru Pendidikan Dasar (Dikdas), menyemarakkan perhelatan Jambore GTK Guru Dikdas.
Sebanyak 152 guru terbaik dari 38 provinsi turut andil meriuhkan pertemuan besar GTK yang dipusatkan di Velodrome Rawamangun, Jakarta. Mereka larut dalam keriaan bersama lebih dari 4.000 insan pendidikan: guru, tenaga kependidikan, organisasi profesi pendidikan, juga unit kerja pendidikan di daerah.
Membangun Kolaborasi
“Kegiatan Jambore GTK Guru Dikdas adalah penghargaan dan pengakuan atas dedikasi, semangat pembaruan, inovasi, dan komitmen para guru dalam memberikan layanan kepada putra putri kita,” kata Rachmadi Widdiharto, Direktur Guru Dikdas, dalam sambutan pembukaan kegiatan di Grand Sahid Jaya, Jakarta, 27 November 2024.
Ada sejumlah kegiatan, di antaranya Gelar Wicara, Mini Project, dan Kuis Guru Dikdas Hebat. “Sprit kegiatan Jambore adalah membangun ekosistem yang berkolaborasi dan bersinergi. Yang dibutuhkan adalah kerja sama saling menguatkan. Melalui kegiatan Gelar Wicara, berbagai praktik baik rekan lain dapat melihat dan mengambil lesson learn. Mini Project juga diharapkan mampu mendorong guru berkolaborasi dan saling mengenal untuk mengatasi permasalahan pembelajaran berkaitan dengan literasi, numerasi, dan karakter.
Mendukung Enam Program Prioritas
Pak Direktur menyampaikan setidaknya ada enam program prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen). Pertama, penguatan pendidikan karakter. Sejumlah kegiatan yang akan dilakukan adalah pelatihan bimbingan konseling dan pendidikan nilai untuk guru kelas; peningkatan kompetensi guru Bimbingan Konseling (BK) dan guru agama; pengangkatan guru BK; penanaman karakter kebiasaan anak Indonesia; dan makan siang bergizi. “Spiritnya menguatkan karakter siswa melalui guru,” kata Pak Direktur.
Kedua, program Wajib Belajar 13 Tahun. Para guru SD diharapkan dapat mengakomodasi dunia anak-anak melalui transisi dari TK ke kelas awal SD. “Learning continu-nya diharapkan dapat smooth, tidak ada patahan. Anak-anak lulusan TK masih akrab dengan dunia bermain. Begitu anak masuk bangku SD, spirit bermainnya agak kurang,” katanya. Kelas 1 SD saat ini sudah mengarahkan pada pembelajaran formal yang membebani siswa.
Ketiga, peningkatan kualifikasi, kompetensi, dan kesejahteraan guru. Fakta mencatat, masih ada guru SD dan sebagian kecil guru SMP yang masih belum memenuhi kualifikasi minimal D-4/S-1. Pak Direktur berharap para guru yang belum berkualifikasi D-4/S-1 memiliki komitmen diri, tidak hanya pemenuhan syarat kualifikasi, namun juga peningkatan kompetensi sebagai guru profesional.
Keempat, pendidikan unggul, peningkatan literasi, numerasi, sains dan teknologi. Kegiatan yang akan dilakukan adalah pendidikan literasi, matematika, dan sains teknologi sejak usia dini. Selain itu juga pendirian sekolah unggul dan penguatan pendidikan vokasi, kejuruan, dan pelatihan.
Kelima, pemenuhan dan perbaikan sarana dan prasarana sekolah. Keenam, pembangunan bahasa dan sastra. Program ini dibumikan dengan kegiatan pemartabatan bahasa negara; pelindungan bahasa daerah; penginternasionalan bahasa Indonesia; dan peningkatan literasi. “Kebijakannya adalah utamakan bahasa indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing,” kata Pak Direktur. ****
Tim Publikasi Direktorat Guru Pendidikan Dasar