Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam sejahtera untuk kita semua.
Bapak dan Ibu Guru yang berbahagia
Sering kali kita mendengar, ketika anak-anak ditanya tentang pelajaran yang mereka sukai, biasanya wajah mereka langsung berbinar. Ada yang menyebut seni karena bisa berkreasi, ada yang menyukai olahraga karena seru dan penuh gerak, ada pula yang memilih bahasa karena senang bercerita. Namun, ketika pertanyaannya berganti menjadi “pelajaran apa yang paling sulit atau menakutkan?”, raut wajah mereka sering berubah. Mereka dengan kompak menyebut: Matematika.
Fenomena ini tentu bukan hal baru bagi kita. Matematika sering dianggap sebagai pelajaran yang kaku, penuh angka, dan sulit dipahami. Padahal, tanpa disadari, kehidupan sehari-hari kita sangat dekat dengan matematika. Saat berbelanja di pasar, mengukur bahan masakan, menghitung waktu perjalanan, atau sekadar membagi makanan di meja makan, semuanya adalah bagian dari numerasi. Artinya, matematika sebenarnya bukan sesuatu yang menakutkan, melainkan keterampilan hidup yang justru sangat kita butuhkan.
Berangkat dari kenyataan inilah, pada 19 Agustus 2025, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah meluncurkan sebuah langkah besar: Gerakan Numerasi Nasional. Gerakan ini hadir untuk mengubah cara pandang kita terhadap matematika, dari sesuatu yang menakutkan menjadi sahabat yang menyenangkan, dari sekadar rumus menjadi bekal hidup. Gerakan Numerasi Nasional memiliki semangat menumbuhkan kecintaan anak Indonesia terhadap numerasi dan matematika. Harapannya, tidak ada lagi anak yang merasa takut ketika mendengar kata “matematika”. Sebaliknya, mereka akan melihat numerasi sebagai jembatan untuk berpikir runtut, logis, analitis, dan teratur. Inilah keterampilan yang menjadi fondasi untuk segala bidang pengetahuan dan kehidupan.
Slogan yang kita usung bersama adalah “Mahir Numerasi, Majukan Negeri.” Dua kata kunci ini membawa pesan mendalam. “Mahir” menekankan pentingnya penguasaan numerasi secara tuntas bukan sekadar bisa menghitung, tetapi mampu memahami, menggunakan, dan menganalisis angka serta data dalam kehidupan nyata. Sementara “Majukan Negeri” adalah pengingat bahwa kemajuan Indonesia sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia. Masyarakat yang mahir numerasi akan lebih produktif, inovatif, dan siap bersaing di era global.
Gerakan ini juga dirancang menyentuh Catur Matra Pendidikan: sekolah, keluarga, masyarakat, dan media massa. Di sekolah, pembelajaran numerasi diarahkan lebih kontekstual, tidak hanya berhenti pada lembar soal, tetapi juga terkait dengan kehidupan sehari-hari murid. Di rumah, hadir Buku saku Numerasi Keluarga yang membantu orang tua menanamkan keterampilan logis dan matematis lewat aktivitas sederhana, seperti menghitung belanja atau mengukur bahan makanan.
Di ruang publik, gerakan ini diwujudkan dalam bentuk Taman Numerasi, tempat belajar yang menyenangkan, di mana anak-anak bisa berinteraksi dengan angka dan logika lewat permainan serta aktivitas kreatif. Sementara itu, media massa juga diharapkan menjadi sahabat, yang menyebarkan semangat numerasi melalui tayangan, artikel, maupun konten edukatif yang ringan.
Bagi guru, peran mereka tentu sangat penting dalam meningkatkan kemampuan numerasi murid, untuk itu Guru juga harus memiliki kompetensi untuk mengajar matematika dengan cara berbeda. Salah satunya melalui pelatihan Matematika GEMBIRA. GEMBIRA merupakan akronim dari lima tahapan utama, yaitu Gali dan Eksplorasi, Muat konten, Buat aktivitas, Ikuti pemikiran murid, Rayakan dan Akhiri pembelajaran. Melalui pendekatan ini, pembelajaran matematika diharapkan lebih hidup, penuh keceriaan, sekaligus bermakna. Guru tidak hanya memberi soal dan jawaban, tetapi juga membimbing anak untuk berpikir, menemukan, dan merayakan keberhasilan mereka, sekecil apa pun itu. Lebih dari itu, GEMBIRA juga mengajarkan bahwa belajar numerasi bukan hanya soal ketepatan menghitung, tetapi juga soal membangun karakter, logika, dan kepekaan sosial anak-anak kita.
Gerakan Numerasi Nasional bukanlah pekerjaan singkat. Ini adalah perjalanan panjang yang membutuhkan kesabaran, kerjasama, dan komitmen. Tetapi saya percaya, dengan semangat gotong royong, kita mampu menjadikannya gerakan yang mengakar di seluruh lapisan masyarakat.
Mari kita ajak anak-anak untuk berbicara tentang angka di meja makan, bermain dengan logika di halaman sekolah, atau berdiskusi tentang data sederhana di lingkungan sekitar. Mari kita hadirkan pengalaman numerasi yang membahagiakan, agar generasi kita tumbuh sebagai pribadi yang kritis, logis, kreatif, dan inovatif.
Akhirnya, saya ingin mengajak kita semua menyatukan langkah untuk wujudkan semangat “Mahir Numerasi, Majukan Negeri.” Karena ketika anak-anak Indonesia tumbuh dengan numerasi yang kuat, maka sesungguhnya kita sedang menyiapkan masa depan bangsa yang lebih cerah, lebih mandiri, dan lebih percaya diri bersaing di dunia.
Sukseskan Gerakan Numerasi Nasional.