PG Dikdas, Jakarta - Workshop Guru Inti dan Mitra SMP Program Kerja Sama Melalui Kemitraan Tahun 2019 diselenggarakan di Marc Hotel Passer Baroe, Jakarta pada 31 Juli s.d. 3 Agustus 2019. Pada sesi Desain Program Kemitraan diisi oleh Cepi Triatna bertempat di ballroom Marc Hotel Passer Baroe, Jakarta, Rabu (31/7/2019).
Dalam kesempatan tersebut Cepi menjelaskan tujuan dari program kemitraan ini yakni menguatkan kompetensi dan meningkatkan kinerja GTK secara terpadu melalui komunitas belajar GTK.
Cepi juga mengungkapkan komposisi program kemitraan yakni 1 guru inti, 3 guru mitra, dan 10 guru imbas. Ia menyakini bahwa program kemitraan yang menekankan pada belajar dari pengalaman dapat membawa imbas positif untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.
Lalu pada sesi Evaluasi Program Kemitraan diisi oleh Asep Sudarsyah. Dalam kesempatan tersebut, Asep menjelaskan program kemitraan ini intinya berbagi. Harapannya komunikasi antara guru inti dan guru mitra juga terus berlangsung, dimana saling berbagi informasi dan praktik baik. Guru mitra diharapkan mendapatkan peningkatan penguasaan konten dan pedagogi.
Para guru mitra juga diharapkan untuk bersiap melakukan On the Job Learning (OJL). Di sana mereka akan magang di sekolah guru inti, melakukan observasi di lingkungan kelas dan sekolah guru inti, serta melakukan praktik pembelajaran.
Pada sesi Manfaat Rumah Belajar diisi oleh Kepala Bidang PTP Berbasis Multimedia dan Web Pustekkom, Gatot Pramono bertempat di ballroom Marc Hotel Passer Baroe, Jakarta, Kamis (1/8/2019). Gatot mengungkapkan bahwa dari sebuah survei, 40% harapan siswa ingin menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran. Namun di sisi lain menurut Gatot konten pendidikan masih sangat sedikit. Gatot mengutarakan bahwa perlunya pendidikan berpusat pada siswa. Dengan perkembangan TIK yang pesat maka sumber belajar dari siswa melimpah ruah.
Untuk kemudian pada sesi Pendidikan Inklusif diisi oleh Indina Tarjiah. Dosen di prodi Pendidikan Khusus Universitas Negeri Jakarta ini mengungkapkan perlunya pendidikan inklusif melibatkan para ahli. Di samping itu ekosistem dari sekolah inklusif perlu menghadirkan budaya yang ramah terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK). Indina Tarjiah mengungkap perlunya kolaborasi dan modifikasi dalam memberikan layanan pendidikan bagi ABK di sekolah inklusif. Ia juga menyarankan untuk anak tunarungu diberikan materi dalam bentuk visual yang menarik. Untuk anak tunanetra, guru selaiknya memiliki intonasi dan suara yang jelas. Sedangkan untuk anak tunagrahita, jangan dibebani dengan pertanyaan menghitung luas lingkaran, melainkan cukup dengan mengenal bentuk bangun datar.
Lalu pada sesi Kesehatan Reproduksi bagi Remaja diisi oleh Hafedz Hernando Lubis dan Indira Dewi. Hafedz mengungkapkan perlunya untuk tidak lagi tabu membicarakan kesehatan reproduksi. Hal itu dikarenakan para peserta didik perlu mengetahui tentang kesehatan reproduksi, tentunya dengan edukasi yang tepat. Ia juga mengungkapkan perlunya orang tua untuk mendeteksi jika terjadi kekerasan seksual terhadap anaknya.
Sementara itu Indira mengutarakan cara kita berinteraksi dengan remaja itu penting. Ia juga menyarankan perlunya positive thinking terhadap anak. Jangan melakukan stigma buruk kepada anak, dikarenakan bisa jadi anak tersebut merupakan korban dari keadaan.
Masih pada hari yang sama, para guru inti dan guru mitra mengisi biodata di laman https://gtk.kemdikbud.go.id/kemitraan/. Melalui laman tersebut, rencana dan parameter disusun. Di samping itu juga sebagai pendampingan online guru inti terhadap guru mitra.
Pada Kamis sore (1/8/2019) diselenggarakan pre-test kepada guru mitra dengan tiga program pokok, yaitu Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), pembelajaran abad 21 (kemampuan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi), dan gerakan literasi sekolah (GLS). Pre-test dilakukan dengan durasi 60 menit.
Para guru inti dan guru mitra telah dipasangkan. Komposisinya yaitu 1 guru inti dipasangkan dengan 3 guru mitra. Para guru mitra di laman https://gtk.kemdikbud.go.id/kemitraan/ mengisi peta kebutuhan Rencana Tindak Lanjut (RTL). Para guru mitra juga mengungkapkan rencana On the Job Learning (OJL) selama 7 hari di sekolah guru inti.
Pada Jumat (2/8/2019) para guru inti dan guru mitra berembuk tentang Rencana Tindak Lanjut (RTL) On the Job Learning 1 (OJL 1). Guru inti melakukan verifikasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru mitra.
Pada On the Job Learning 1, guru mitra diperkenalkan kepada warga sekolah. Guru mitra nantinya akan mengetahui hal-hal baik yang terdapat pada sekolah inti, misalnya sekolah adiwiyata, gerakan literasi sekolah (GLS) telah berjalan dengan baik, ataupun Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dilakukan dengan unik. Contohnya GLS dapat dilihat pada pojok baca, sedangkan PPK berbasis sekolah, misalnya dengan sejumlah kutipan di berbagai sudut sekolah yang berlandasan nilai religius, nasionalisme, integritas, mandiri, gotong royong.