PG Dikdas, Jakarta - Jika pada tahun sebelumnya kriteria guru berdedikasi adalah guru khusus yang hanya mengajar di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), untuk tahun ini standar guru berdedikasi tidak hanya guru dari daerah 3T saja tetapi bisa juga guru dari daerah lain di Indonesia yang dinilai memiliki kondisi menantang dalam lingkup pengabdiannya. Misalnya guru di daerah pegunungan yang harus menempuh perjalanan jauh menuju peserta didik. Atau wilayah tertentu dimana masyarakatnya belum terbuka untuk mengizinkan anak-anak mereka bersekolah dan guru di daerah tersebut berinisiatif memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya pendidikan bagi generasi penerus bangsa.
Hal tersebut ditunjukkan oleh Taufik Novantoro, guru Matematika SMP Negeri 1 Permata Kecubung, Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah yang menceritakan jauhnya jarak di tempatnya berkiprah.
“Untuk hambatan memang jalan tempat kami itu susah. Dari rumah saya ke SMP saya itu satu kali jalan 17,8 km, pulang-pergi sekitar 35 km. Kemudian dari rumah ke kota kabupaten itu sejauh 96,5 km. Dan ke kota provinsi dari rumah saya sejauh 776 km, jadi ditempuh dalam perjalanan 10-13 jam,” kata Juara I Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi Tingkat Nasional Tahun 2019 kategori lomba Guru SMP Berdedikasi, Taufik Novantoro.
Taufik sendiri percaya bahwa guru berdedikasi dapat menjadi agen perubahan di masyarakat.
“Guru berdedikasi merupakan guru yang mengabdikan diri dan mampu bertahan, tidak mengeluh terhadap kondisi yang ada di daerahnya. Saya berusaha untuk mendedikasikan diri berjuang sebagai guru. Karena guru agen perubahan di masyarakat,” ujarnya saat sesi istirahat tes presentasi dan wawancara di Hotel Aston Marina Ancol, Jakarta, Rabu (14/8/2019).
Adapun dedikasi yang coba dilakukan Taufik yakni dengan mengaktifkan kegiatan literasi di masyarakat.
“Dedikasi saya pada kegiatan ini adalah dedikasiku merupakan pengabdian sebagai pejuang dan pegiat literasi. Di sini saya menjelaskan kegiatan taman bacaan masyarakat (TBM) yang sudah saya bangun selama 2 tahun di kabupaten Sukamara dan merupakan satu-satunya TBM yang terdaftar di laman kemdikbud,” ungkap Taufik Novantoro. “Dari sini saya berusaha memotivasi, untuk mengajak masyarakat, kemudian menginspirasi anak-anak yang ada di sekitar daerah saya untuk mari kita belajar, mari membaca buku, mari belajar menulis dan membuat buku. Nah dari ini maka saya harapkan agar kegiatan literasi, kemudian kegiatan pembelajaran yang ada di kabupaten Sukamara ini bisa menjadi lebih baik,” imbuhnya.
Taufik juga percaya melalui penguatan TBM, nanti muaranya pada pembentukan sumber daya manusia unggul.
“Saya mencoba berjuang sebagai guru yang paling cocok itu menggunakan TBM. Di sekolah ini yang belajar cuma selama 5-6 jam, sisanya berada di rumah. Kami coba untuk menguatkan anak-anak, masyarakat di TBM yang sudah saya kelola. Dari itu dapat menciptakan bibit-bibit yang unggul, karena orang cerdas, orang pintar, orang unggul itu dapat dicapai dengan membaca buku, dengan berliterasi. Menciptakan generasi unggul sesuai dengan moto kita pada ulang tahun hut ke-74 RI yang bertema 'SDM Unggul, Indonesia Maju'," ungkap Taufik Novantoro.