PG Dikdas, Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan konsisten terus berupaya melakukan pemerataan kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia, terutama di daerah Tertinggal, Terluar, dan Terdepan (3T). Upaya tersebut antara lain diwujudkan melalui program Kemitraan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), yang mempertemukan guru inti dan guru mitra untuk saling berbagi pengalaman, menginspirasi, dan mengembangkan kerja sama dalam upaya peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan.
Pelepasan Peserta Program Kemitraan Guru dan Tenaga Kependidikan Tahun 2019 dilakukan di ballroom Marc Hotel Passer Baroe, Jakarta pada Jumat malam (2/8/2019). Memberikan arahan yakni Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy.
Mendikbud Muhadjir mengungkapkan tiada hari tanpa belajar bagi para guru. Ke depannya pelatihan guru berbasis zonasi akan digiatkan. “Guru di zona itu kumpul, melakukan pelatihan,” kata Mendikbud Muhadjir Effendy. Ia pun mengungkapkan ciri profesional yakni kerja, pelatihan, istirahat.
Sasaran program kemitraan terdiri dari dua kategori, yaitu daerah sekolah inti dan mitra. Daerah sekolah inti adalah kabupaten/kota/provinsi yang dikategorikan sebagai daerah/wilayah yang secara nasional memiliki rerata capaian UN yang tinggi. Daerah sekolah mitra adalah kabupaten/kota/provinsi yang dikategorikan sebagai daerah yang secara nasional memiliki capaian UN yang rendah. UN yang dimaksud adalah UN tahun ajar 2017/2018.
“Program kemitraan ini tukar pengalaman. Agar yang ketinggalan segera terkejar. Para peserta program kemitraan diharapkan betul-betul serius dan ketika kembali ke tempat diterapkan betul, digunakan betul, dan bisa segera bekerja,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy kala memberikan arahan dalam event Pelepasan Peserta Program Kemitraan Guru dan Tenaga Kependidikan Tahun 2019 di ballroom Marc Hotel Passer Baroe, Jakarta pada Jumat malam (2/8/2019).
Mendikbud Muhadjir dalam kesempatan tersebut juga mengungkapkan tentang optimalisasi MGMP, usia pensiun guru, anggaran pendidikan, pemanfaatan dana BOS, guru di daerah 3T, serta guru honorer. Mendikbud Muhadjir Effendy juga menerangkan tentang filosofi pemerintahan Presiden Joko Widodo yakni membangun dari daerah pinggiran. Di samping itu pada periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo, fokus akan dilakukan pada pembangunan sumber daya manusia. Di sinilah peran guru akan begitu penting dalam menyiapkan generasi Indonesia mendatang.
“Saya yakin pada bapak, ibu sekalian. Saya bisa melihat sinar wajahnya, semua gembira, optimis membawa Indonesia yang lebih maju. Di tangan gurulah masa depan Indonesia, karena gurulah yang bertanggung jawab atas anak-anak didik kita yang nanti akan meneruskan perjuangan masa depan kita,” ungkap Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy kepada para peserta Program Kemitraan Guru dan Tenaga Kependidikan Tahun 2019.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbud, Supriano, menambahkan, pertemuan guru inti dan guru mitra dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada para peserta tentang kemitraan guru dan tenaga kependidikan. Di samping itu, menggiring para guru dan kepala sekolah untuk berkolaborasi dan saling berbagi pengalaman terbaik dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas. “Kegiatan ini akan dilaksanakan selama tujuh hari di sekolah inti,” ucap Supriano.
Usai penyelenggaraan program, kata Supriano, para guru inti nantinya akan melanjutkan kunjungan ke sekolah guru mitra untuk memonitoring dan mengevaluasi program yang telah dipelajari. “Para guru inti nantinya akan mengunjungi sekolah-sekolah guru mitra untuk melihat langsung dan memastikan program yang telah dipelajari dapat diterapkan. Mudah-mudahan selesai dari program ini dapat terwujud adanya sister school di dalam negeri. Guru inti dapat terus mendampingi guru mitra,” jelas Supriano.
Para guru mitra jenjang SMP yang dilepas oleh Mendikbud berasal dari 19 kabupaten/kota yaitu Aceh Utara, Bireun, Mempawah, Sambas, Malinau, Majene, Mamuju, Seram Bagian Barat, Halmahera Utara, Manggarai, Ende, Jayapura, Jayawijaya, Merauke, Nabire, Fak-Fak, Manokwari, Raja Ampat, Sorong. Sedangkan guru inti yang ikut dalam program ini berasal dari 10 kabupaten/kota yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Sidoarjo, Kota Malang, Kabupaten Bantul, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Serang, Kabupaten Bandung, Kota Bekasi, dan Kota Bogor.
Supriano berharap para guru mitra dapat memanfaatkan program ini dengan sebaik-baiknya. Kesempatan yang sangat berharga ini, kata Supriano, agar dimanfaatkan untuk belajar lebih dalam tentang praktik baik dari guru inti, sehingga dapat mempercepat perubahan di sekolah asal. “Dengan itu, seluruh anak bangsa dapat merasakan pelayanan pendidikan yang lebih bermutu dan berkualitas,” pungkas Supriano.
Direktorat Jenderal GTK, Kemendikbud, menargetkan pada tahun ini, jumlah guru dan kepala sekolah yang terlibat dalam program kemitraan secara bertahap sebanyak 5.284 orang. Dengan rincian guru SMP sebanyak 76 guru inti, 228 guru mitra, dan 2.280 guru imbas; guru SMA sebanyak 30 guru inti, 120 guru mitra, dan 1.200 guru imbas. Sedangkan kepala sekolah untuk jenjang SMP terdiri dari 20 inti, 80 mitra, dan 800 imbas; serta kepala sekolah SMA terdiri dari 10 inti, 40 mitra, dan 400 imbas.