PG Dikdas, Jakarta – Penilaian hasil belajar peserta didik di lembaga sekolah dapat dilaksanakan oleh pendidik (guru), satuan pendidikan (sekolah) dan pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh guru meliputi lingkup aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Materi ini juga diberikan oleh Ari Pudjiastuti, narasumber Bimbingan Teknik Guru CLC Sabah-Serawak Tahap 10 Malaysia. Dalam kesempatannya, Sabtu (19/10/2019) di Ballroom Dirgantara Hotel Ambhara Jakarta, ia memberikan pengetahuan serta teknik yang baik dalam penyusunan penilaian kepada guru CLC untuk diterapkan nanti di tempat mereka mengabdi. Pengetahuan yang diberikan pun juga berdasar dengan kondisi yang ada di Malaysia.
“Hari ini kita masuk ke dalam materi ruang lingkup penilaian. Dimana di dalamnya ada sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk sikap, karena posisi di Malaysia itu tidak jarang para guru ini nanti merangkap tugasnya, artinya dalam satu kelas ada berbagai jenjang, maka saya menganjurkan para guru untuk menggunakan cara observasi, cara yang paling gampang,” ungkapnya yang dalam keseharian beraktivitas di P4TK IPS Batu, Jawa Timur ini di sela-sela pemberian materi yang ia berikan.
“Jadi guru nanti akan mempunyai buku catatan. Catatan perkembangan sikap anak. Yang dicatat pun hanya perilaku perkembangan yang paling menonjol, artinya yang sangat positif dan negatif saja. Artinya siswa yang baik-baik saja tidak perlu dicatat, dan hal itu akan membuat guru menjadi lebih mudah membuat catatan penilaian sikap,” tambahnya.
Pencatatan perkembangan sikap anak-anak yang nanti dilakukan oleh guru CLC ini, menurutnya bukan untuk men-jugdement seorang anak itu nakal atau tidak tetapi lebih ke arah pembinaan.
“Pencatatan tersebut bukan untuk tujuan men-judgement si anak ini nakal atau tidak, tetapi lebih ke pembinaan. Kalau nanti di setiap akhir bulan itu direkap ternyata banyak yang negatif, guru wajib melakukan pembinaan, karena tidak menutup kemungkinan nanti di lokasi, guru ini juga bertindak sebagai guru pembimbing baik BP ataupun BK, maka guru inilah yang berperan sebagai sosok tersebut sekaligus melakukan pembinaan untuk sikap,” ucap Ari.
Ari Pudjiastuti dan timnya selaku narasumber pada kesempatannya juga mencoba melatih para guru untuk membuat soal dan menganalisisnya. Setelahnya para guru ini dipancing untuk membuat soal yang lebih HOTS.
“Tadi guru-guru ini mencoba berlatih untuk membuat soal kemudian langsung dianalisis soal tersebut supaya tahu dimana letak kesalahannya dan bagaimana cara memperbaikinya,” ungkapnya.
“Tadi juga kita pancing mereka untuk membuat soal yang lebih HOTS, bagaimana soal itu nanti mengajak siswa untuk berpikir lebih dari indikator yang sama. Dan hasilnya sudah bisa terlihat bahwa guru-guru CLC ini sudah mulai bisa menangkap itu. Mudah-mudahan nanti pulang dari sini mereka bisa membuat soal yang lebih baik. Dan untuk sekarang peserta sedang belajar untuk membuat soal masing-masing supaya mereka bisa mengeluarkan kompetensinya, nanti di kelompok baru dipilih soal mana yang dipresentasikan,” tambahnya.
Ia juga menekankan kepada para guru peserta ini untuk lebih menghargai pendapat siswa apabila ditemukan kondisi ada siswa yang menjawab dengan jawaban yang berbeda dengan kunci jawaban yang telah mereka siapkan di kemudian hari.
“Karena begini, kalau dipenilaian itu kadang guru sudah menyiapkan kunci jawaban, tetapi jangan juga menutup kemungkinan ada siswa yang menjawab berbeda. Ini bisa muncul karena kondisi yang dialami oleh siswa itu berbeda-beda. Untuk subyektif tes, jangan menutup kemungkinan jawaban yang berbeda itu, kalau tidak sesuai kunci jawaban harus dikonfirmasi,” tukasnya.
“Hal ini mengajak kita untuk menghargai pendapat siswa yang kemungkinan di daerah itu kondisinya berbeda dengan di Kota. Kita mengakomodasi kemungkinan itu,” tutupnya.