PG Dikdas, Bogor - Program Peningkatan dan Pemerataan Mutu GTK Melalui Kemitraan merupakan program yang strategis untuk memperpecat pemerataan mutu pendidikan di seluruh Indonesia. Khususnya dalam proses peningkatan mutu pendidikan terutama dalam pembelajaran di kelas.
Demikian disampaikan Kepala Subdit Program dan Evaluasi, Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar, Mamat pada Rapat Koordinasi Program Kerja Sama GTK Melalui Kemitraan Dalam Upaya Pemerataan dan Peningkatan Mutu Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) di Hotel Onih, Kota Bogor, Rabu (15/5/2019).
Melalui program ini akan mencetak guru-guru hebat yang ke depannya akan memberikan sumbangsih besar dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Program ini dilaksanakan secara berjenjang, yakni dimulai dengan pembentukan guru inti, guru mitra dan guru imbas.
Mamat menjelaskan syarat menjadi guru inti adalah memiliki skor Uji Kompetensi Guru (UKG) pada tahun 2017 minimal 70, pendidikan minimal S1 dan memiliki kepribadian yang bagus dan motivasi yang tinggi dalam mencerdaskan anak-anak bangsa.
Sementara syarat untuk menjadi guru mitra adalah memiliki hasil Ujian Kompetensi Guru (UKG) pada tahun 2015 minimal 60. Dan memiliki kepribadian yang bagus dan motivasi yang tinggi dalam mencerdaskan anak-anak bangsa.
“Satu guru inti akan memberikan pengalaman dan praktik baiknya dalam mengajar kepada 3 guru mitra. Dan masing-masing guru mitra akan memberikan pengalaman dan praktek baiknya kepada 10 guru imbas. Guru mitra inilah yang nantinya diharapkan akan menjadi pion-pion penyebaran kebaikan dalam peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan di daerah-daerah masing-masing,” jelasnya.
Lebih lanjut Mamat mengungkapkan program ini akan berlangsung selama 3 tahun. Program kemitraan ini akan berjalan pada bulan Juni yang akan dimulai dengan pembekalan terhadap guru-guru inti. Dan melakukan workshop yang akan mempertemukan guru-guru inti dengan guru mitra. Dari pertemuan ini akan mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada di guru mitra .
“Kemudian guru mitra akan pergi melakukan On the job learning (OJL) yakni proses guru mitra belajar di lingkungan sekolah inti selama 7 hari. Berdasarkan pengalaman OJL setelah melihat dan mempraktikkan dan diskusi dengan guru inti nanti akan menyiapkan Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang akan dijadikan landasan dasar guru mitra yang akan diimplementasikan di sekolah guru mitra,” jelasnya.
“Setelah guru mitra selesai melakukan OJL guru mitra akan akan kembali ke daerah masing-masing untuk melaksanakan RTL yang sudah disusun bersama guru-guru inti. Setelah dilaksanakan di sekolah mitra, sekolah inti akan melihat ke sana dan mendampingi apa sudah sesuai dengan RTL atau tidak. Jika ada kekurangan diperbaiki bersama-sama guru inti. Selain pendampingan tatap muka, guru inti juga akan mendampingi secara online untuk diskusi dua arah apabila ada kendala-kendala,” imbuhnya.
Selanjutnya apabila sudah selesai pada tahun kedua, program ini akan fokus dilakukan oleh guru mitra dengan harapan guru mitra ini akan mengimbaskan kepada 10 guru imbas. Tapi pada tahun kedua ini guru inti masih mengawal.
“Diharapkan pada tahun ketiga guru imbas akan mengimplementasikan dari RTL yang hampir sama seperti RTL yang disusun oleh guru mitra dengan guru inti. Sehingga pemerataan mutu pendidikan akan berjalan secara berjenjang. Dari ini mereka diharapkan menyebarluaskan kepada guru-guru yang lain melalui komunitas belajar,” jelasnya.