GTK Dikdas - Bicara mengenai kesehatan mental anak di kala pandemi ini memang menjadi sebuah tantangan untuk para pendidik. Roswita Amelinda M. Psi selaku narasumber pada Seri Webinar Seri Pembelajaran Tatap Muka Terbatas dengan tema "Menjadi Sehat Mental di Masa Pandemi dengan Mengasah Kecerdasan Emosional Anak dan Remaja", mengungkapkan bahwa kesehatan mental seorang anak tidak bisa dilihat hanya dari kesejahteraan psikologis saja.
"Kalau bicara kesehatan mental, itu holistik, kita tidak bisa melihat hanya dari kesejahteraan psikologis, tetapi fisik, kognitif, psikologis, sosioemosionalnya juga. Itu empat dimensi yang memang harus diperhatikan," ungkapnya pada pembukaan materi yang ia bawakan, Rabu (2/6/2021).
Kesehatan mental seorang anak perlu dilihat dari rumah. Hal mendasar yang terkadang para guru lupa adalah apa makanan yang mereka makan di rumah? Karena dampaknya akan besar pada kesehatan mental anak.
"Kenyataannya adalah kita sebagai guru terkadang lupa hal yang paling dasar, misalkan apa yang mereka makan setiap hari. Apa yang mereka konsumsi setiap hari tentu menentukan gizi mereka dimana akan berdampak pada kesejahteraan kesehatan mental mereka," ujar Psikolog yang akrab disapa Mbak Wita ini.
"Kenyataannya memang kita sebagai guru itu perlu tahu tentang hal itu. Kita perlu berkolaborasi dengan pihak lain, supaya gizi dari anak-anak kita bisa terfasilitasi dengan baik. Jadi kalau sekarang di masa pandemi, kita bisa asses, sebenarnya murid-murid kita secara fisik seperti apa di rumah," tambahnya.
Roswita menjelaskan bahwa kematangan atau kecerdasan emosi menjadi hal yang sangat penting di pandemi ini. Mengapa demikian? Menurutnya, sebagian besar persoalan siswa tidak lepas dari muatan emosi.
"Mengasah kecerdasan emosi sangat penting dikarenakan sebagian besar persoalan siswa tidak lepas dari muatan emosi. Selain itu, siswa perlu difasilitasi untuk memperoleh dan menerapkan kemampuan, sikap, dan keterampilannya untuk memahami dan mengelola perasaan dirinya dan orang lain," tutupnya.