PG Dikdas, Jakarta - Program Kerja Sama Melalui Kemitraan Tahun 2019 memperlihatkan masih terdapatnya kendala di sekolah guru mitra. Hal itu diantaranya diungkapkan Serbin Lolow yang merupakan guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 1 Halmahera Utara.
“Siswa kami dalam belajar Bahasa Inggris memang kami sendiri sebagai guru Bahasa Inggris punya dilema dalam menghadapi mereka. Apalagi siswa kelas VII kami disana rata-rata sekolah SD belum dapat Bahasa Inggris sehingga siswa kami yang masuk SMP memang untuk belajar Bahasa Inggris masih di bawah rata-rata kemauan mereka. Karena dasar untuk mau belajar bahasa Inggris masih sangat kecil,” kata Serbin Lolow di Marc Hotel Passer Baroe, Jakarta, Jumat (2/8/2019).
Maka di sinilah peran guru inti untuk berbagi praktik baik proses pembelajaran. Hal itu diantaranya ditunjukkan oleh Aris Efendi yang mengungkapkan perlunya mengemas materi pembelajaran dengan metode yang menyenangkan.
“Pada proses pembelajaran dilakukan, kita upayakan membawa anak-anak ini aktif dalam belajar. Sehingga munculnya inquiry, ingin tahu, mencari informasi. Juga dalam bentuk kelompok kolaborasinya di dalam prinsip pembelajaran abad 21 yaitu 4C, collaboration, communication, creative, dan critical thinking bisa terlaksana,” ujar Aris Efendi guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Sidoarjo.
Sementara itu guru inti lainnya yakni Suryadi Syarifuddin Muslim mengungkapkan pentingnya student center dalam proses pembelajaran.
“Sekolah kami adalah pilot project untuk penerapan Kurikulum 2013, ini dilaksanakan sejak 2013. Saya termasuk guru awal yang dibina Kemendikbud dalam penerapan K-13 sehingga sekolah kami pelopor dalam penerapan Kurikulum 2013,” tutur Guru IPA di SMPN 2 Pacet, Kabupaten Bandung ini. “Sekarang guru sudah memahami, siswa juga sudah diberikan pemahaman mengenai pentingnya student center, dimana siswa harus aktif dan kreatif membangun pengetahuannya sendiri. Guru disini hanya bertugas sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Sehingga siswa dapat menemukan sendiri mengenai konsep pelajaran. Maka siswa akan mudah memahami dan tidak akan pernah lupa lagi apa yang mereka pahami tentang teorinya,” tambahnya.
Adapun dalam Program Kerja Sama Melalui Kemitraan Tahun 2019, Kemendikbud mencanangkan 3 program pokok, yaitu Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), pembelajaran abad 21 (4C), dan gerakan literasi sekolah (GLS). Guru inti Mochammad Imam Khasan membagi praktik baik penerapan GLS di sekolahnya.
“GLS di sekolah kami, setiap pagi wajib membaca 15 menit, di awal pembelajaran sudah pasti. Ada satu hal yang khas di sekolah kami. Jadi ada hari-hari tertentu dimana setiap kelas itu diminta untuk menampilkan sesuatu. Yang disini berawal dari mereka berliterasi, entah itu mereka membacakan puisi, bermain drama, entah itu mendongeng. Yang untuk kemudian diapresiasi oleh seluruh peserta yang mengikuti di tengah lapangan. Dan itu saya rasa cukup menarik bagi anak, bagi guru, pasti seru,” jelas guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 11 Malang ini.
Ragam praktik baik pembelajaran yang dilakukan oleh para guru inti tersebut mengobarkan semangat para guru mitra untuk menyerap ilmu diantaranya melalui On the Job Learning 1 di sekolah guru inti selama 7 hari. Hal itu diantaranya diungkapkan Rofi’ah guru SMP Negeri 3 Fakfak
“Untuk kegiatan OJL di SMP Negeri 10 Bekasi, kami sudah membayangkan yang kami lakukan, yang pertama adalah observasi lingkungan yang ada di SMP Negeri 10 Bekasi. Bagaimana guru inti kami mengajar, memberikan teladan kepada kami bagaimana mengajar yang baik, mengelola kelas yang baik, sehingga ilmu dari beliau dapat kami serap pula. Kemudian yang kedua, lingkungan sekolah, bagaimana literasi di sekolah tersebut, bagaimana rumah baca, sudut-sudut literasi di sekolah tersebut yang membuat kami sungguh-sungguh penasaran, sehingga bisa kami terapkan di sekolah ketika kami kembali ke daerah,” terang Rofi’ah yang merupakan guru Matematika.