Literasi, sebuah kata yang sudah sangat akrab disebut dalam dunia Pendidikan, bahkan dalam rapor Pendidikan, unsur yang pertama muncul adalah literasi. Seberapa berhasil literasi di sekolah dapat membentuk insan-insan unik menjadi seorang generasi pembelajar? Jawabannya tentu ada di sekolah masing-masing.
Banyak hal yang menghambat jalannya literasi di sekolah. Keterbatasan bahan bacaan, kurangnya pengawasan pelaksanaan program, rasa bosan yang diutarakan oleh siswa dengan kegiatan membaca, kurangnya rasa peduli guru terhadap minat baca siswa, dan banyak faktor lainnya. Tapi, tentunya hal ini jangan sampai membuat kita mati gaya dalam melaksanakan literasi di sekolah.
Selain literasi, kata yang saat ini lumayan sering diangkat adalah emosional. Kata emosional berasal dari kata dasar emosi, yang memiliki arti luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat. Sebagaimana kita ketahui, secara psikologi, siswa adalah insan yang masih harus banyak belajar untuk pengendalian emosi. Emosi yang berkembang masih ke arah negatif, maka perlu bimbingan dari orang tua dan guru untuk mengarahkan pengendalian emosi siswa ke arah yang positif, sehingga memiliki rasa simpati dan empati. Yang pada akhirnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Lantas, apa hubungannya literasi dan emosi dibahas dalam tulisan ini? Karena saat ini, saya sedang berusaha mengintegrasikan kompetensi sosial emosional (KSE) dalam kegiatan literasi membaca di sekolah. Sebagai seorang ketua penggiat literasi di sekolah, saya harus membuat program literasi yang didasarkan pada hasil rapor pendidikan dan asesmen awal siswa yang salah satunya memuat data tentang gaya belajar serta minat belajar siswa. Berdasarkan data tersebut, saya membuat program literasi 15 menit di sekolah yang mengintegrasikan KSE dengan membaca.
Program yang saya rancang adalah menyediakan literasi kaya teks dalam kegiatan literasi 15 menit. Bahan yang harus dibaca atau disimak oleh siswa seperti menyediakan film pendek berdurasi 5 sampai dengan 7 menit yang diambil dari youtube kemendikbud, cerdas berkarakter, dan chanel lainnya untuk ditayangkan pada jam literasi, infografis lintas mata pelajaran, cerita singkat, buku-buku di pojok literasi kelas, yang diberikan secara bergantian pada jam literasi sesuai dengan program yang disusun. Setelah siswa membaca atau menyimak aneka teks yang disediakan, siswa diberikan tagihan dengan berbagai metode untuk menemukan informasi. Metode yang digunakan dapat dipilih oleh siswa. Metode tersebut antara lain metode ADIKSIMBA, SQ3R, dan metode pertanyaan KSE untuk memancing kesadaran diri dan kesadaran sosial siswa (Apa yang dirasakan oleh tokoh cerita? Apa yang membuatnya merasakan hal tersebut? Apa yang akan kamu lakukan jika menjadi tokoh tersebut?)
Pengintegrasian KSE dan literasi dengan bahan bacaan kaya teks dan mengandung nilai karakter, diharapkan menjadi salah satu cara meningkatkan minat baca siswa sekaligus menanamkan nilai sosial emosional positif yang bila diarahkan dan diasah setiap harinya, dapat membentuk siswa yang cerdas secara intelektual dan karakter.
Salam literasi
Mariratul Mawaddah, M. Pd. | |
SMP Negeri 3 Ampek Angkek | |
Sumatera Barat, Kab. Agam |